Nasib Yunani terombang-ambing setelah menjadi negara maju pertama yang menunggak hutang kepada International Monetary fund (IMF). Euro tidak terlalu memperlihatkan reaksi atas kegagalan Yunani membayar hutangnya kepada IMF.

Euro terkoreksi hanya sekitar 0,2 persen ke kisaran 1.1128. Euro hanya bergerak sideways dalam kisaran antara 1.0955 hingga 1.1279 terhadap USD di pekan ini. Terhadap yen, euro tergelincir sekitar sejauh 0,1 persen ke kisaran 136.25.

Pada hari Selasa (30/6) IMF mengkonfirmasi bahwa Yunani tidak mampu membayar hutang sebesar 1,5 milyar euro. Juru bicara IMF, Gerry Rice mengatakan bahwa Yunani telah memohon untuk perpanjangan waktu, yang oleh direksi IMF akan dipertimbangkan "pada waktunya".

Dengan tertunggaknya hutang kepada IMF, Yunani semakin mendekati kemungkinan keluar dari kawasan euro dengan konsekuensi yang berat untuk euro dan ekonomi dunia. Meskipun demikian, pasar saat ini tidak memperlihatkan reaksi yang signifikan terkait isu tersebut. Bisa jadi hal tersebut karena pasar cenderung menunggu apa yang akan terjadi, di tengah banyaknya ketidakpastian, spekulasi dan fakta yang ada.

Kanselir Jerman, Angela Merkel telah menghentikan perundingan dengan Athena hingga referendum selesai digelar Minggu (5/7) mendatang. Berdasarkan survey, diperkirakan mayoritas rakyat Yunani menginginkan untuk tetap bergabung di eurozone, namun referendum akan membuktikan apakah hal itu benar atau tidak.

Dengan diamnya euro, indeks USD sempat menguat ke kisaran 95.529, beranjak dari level terendak Selasa di 94.847. Terhadap yen, USD bergerak di kisaran 122.42, dekat level terendah lima minggu di 121.93 yang dicapai kemarin.

Yunani sepertinya masih akan mendominasi pemberitaan hingga beberapa hari ke depan.

Yunani menutup bank-bank dan menerapkan kontrol modal untuk menghindari runtuhnya sistem keuangan negara tersebut, mengantisipasi ketakutan Yunani akan terpaksa keluar dari eurozone (skenario Grexit). Saham-saham Eropa dan Yunani tertekan.

Kebijakan tersebut, yang diumumkan di tengah malam waktu setempat, membatasi penarikan uang hingga 60 euro dan melarang pembayaran dan transfer ke luar negeri. Bursa saham dan bank-bank di Yunani akan ditutup setidaknya hingga 6 Juli mendatang, hari ketika rakyat Yunani akan memberikan suaranya dalam referendum menyikapi persyaratan yang diajukan oleh para kreditur untuk mencairkan dana bailout.

ECB membekukan batas Bantuan Likuiditas Darurat untuk Yunani pada hari Minggu lalu di bawah 89 milyar euro. Yang semakin menambah kebingungan adalah ketidakpastian isi referendum yang akan segera akan dilakukan.

Komisi Eropa mempublikasikan 10 poin yang menurut mereka adalah yang tengah dibicarakan ketika kebuntuan terjadi dalam perundingan. Poin-poin tersebut dipublikasikan demi transparansi dan memberikan informasi yang lengkap untuk rakyat Yunani sebelum dilakukan pemungutan suara untuk referendum.

Pasca perundingan Brussels, rakyat Yunani berbondong-bondong mengantri di mesin-mesin ATM untuk mengambil uang mereka sebanyak mungkin. Salah satu stasiun televisi yang berbasis di Piraeus, Yunani melaporkan bahwa uang yang telah ditarik dari bank mencapai 1 milyar euro.

Nilai tukar euro jatuh di awal sesi Asia hari ini, Senin (29/6), setelah Yunani kembali gagal untuk mendapatkan persetujuan dari pada kreditur internasional untuk mendapatkan dana darurat, memaksa Yunani untuk menjalankan kendali atas modal yang berada di dalam negeri dan menutup bank-bank di sana. Bank-bank di Yunani sepertinya akan tetap tutup di sepanjang pekan ini. Yunani memang belum keluar dari euro, namun waktu mereka tinggal kurang dari 48 jam lagi.

Euro melemah hampir sekitar 2 sen USD ke level terendah bulanan di kisaran 1.0990 di awal sesi perdagangan Asia Pasific, dari sekitar 1.1165 yang dicapai Jumat lalu. Terhadap Swiss franc, euro jatuh ke kisaran 1.0260 yang merupakan level terendah sejak April lalu. Terhadap yen, euro jatuh ke level terendah bulanannya di kisaran 134.90. Para investor cenderung menumpuk yen dan Swiss franc karena seringkali kedua mata uang tersebut terapresiasi dalam situasi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini. Yen sendiri menguat terhadap USD ke level terkuat mingguannya.

Kekhawatiran akan krisis likuiditas bank-bank di Yunani meningkat setelah dewan stabilitas keuangan negara tersebut merekomendasikan untuk menutup bank-bank selama enam hari kerja ke depan.

Kegagalan Yunani membayar hutang sebesar 1,6 milyar euro kepada International Monetary Fund (IMF) yang jatuh tempo Selasa esok (30/6) akan menggiring negara tersebut untuk keluar dari euro, hal yang ditakutkan para investor akan berakibat fatal pada euro. Kemungkinan default Yunani mencuat setelah pada perundingan bailout di akhir pekan lalu Athena menolak persyaratan yang diajukan oleh para kreditur Eropa sebagai imbalan atas pinjaman yang lebih besar.

Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras mengejutkan para pejabat Eropa dengan berencana untuk mengadakan referendum tanggal 5 Juli mendatang untuk mengetahui pendapat rakyat Yunani apakah persyaratan yang diajukan oleh para kreditur harus diterima atau tidak. Para pengamat berpendapat bahwa referendum ini akan meningkatkan resiko politik bagi pemerintahan Tsipras jika rakyat Yunani justru memilih untuk menerima persyaratan yang diajukan para kreditur untuk mencairkan bailout.

Euro masih bergerak dalam pola sideways di awal perdagangan hari Jumat (26/6) seiring dengan menggantungnya nasib Yunani pasca buntunya perundingan terakhir untuk memperoleh dana bailout. Untuk pekan ini, euro masih melemah sekitar 1,3 persen di pekan ini. Terhadap yen, euro berada di kisaran 138.50, di kisaran level terendah bulanan yaitu kisaran 137.66.

Para menteri keuangan kawasan euro mengadakan pertemuan yang ke-3 dalam sepekan ini di hari Kamis (25/6), tanpa berhasil mencapai kesepakatan apa pun. Padahal Yunani menghadapi resiko default lantaran gagal membayar kewajibannya kepada International Monetary Fund (IMF) di hari Selasa depan.

Hal tersebut bisa memicu kemungkinan keluarnya Yunani dari kawasan euro, yang selama ini dikenal sebagai skenario Grexit (Greek exit). Jika benar terjadi, hal tersebut bisa memicu gejolak pasar.

Sementara Yunani masih bergelut untuk mencapai kesepakatan, data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) memperlihatkan perkembangan yang positif. Data ekonomi yang dirilis Kamis (25/6), tingkat belanja konsumen AS di bulan Mei mencatatkan kenaikan terbesar sejak hampir sejak enam tahun terakhir.

Dollar New Zealand terlihat melemah di awal perdagangan pagi ini. Pasar didominasi oleh seller setelah Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) mengeluarkan pernyataan dovish. RBNZ mengatakan bahwa mereka akan terus menelaah penggunaan kebijakan makroprudensial untuk mengontrol pasar perumahan. Hal ini akan membuka ruang bagi RBNZ untuk kembali memangkas suku bunga jika diperlukan tanpa khawatir akan memicu bubble di pasar perumahan.

US Dollar terkoreksi terhadap yen pada awal perdagangan di hari Kamis (25/6) dilatarbelakangi oleh deadlock yang kembali terjadi pada perundingan antara Yunani dengan para krediturnya. Sementara itu euro bergerak stabil setelah sempat sedikit bereaksi.

Saat berita ini diturunkan USD diperdagangkan di kisaran 123.78 yen, terkoreksi dari level tertinggi mingguan yaitu ksiaran 124.38 yang dicapai kemarin setelah data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) memperlihatkan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi di kuartal pertama 2015, meskipun kontraksi yang terjadi tidak sebesar perkiraan.

USD mendapatkan keuntungan karena pasar kembali memusatkan perhatian pada prospek kenaikan suku bunga Fed terkait kemelut Yunani. Seperti diketahui bahwa di awal pekan ini optimisme sempat muncul dengan harapan kesepakatan akan segera tercapai. Namun ternyata kembali terjadi kebuntuan dalam perundingan Yunani, di mana para menteri keuangan kawasan euro menuding bahwa Athena menolak untuk berkompromi meskipun Yunani semakin mendekati akhir batas waktu pembayaran hutang di pekan depan.

Reaksi yang diperlihatkan oleh euro ternyata tidak terlalu besar akibat kebuntuan negosiasi tersebut. Ini karena masih ada harapan bahwa kesepakatan akan tercapai di bulan ini, di tengah pesimisme akibat kebuntuan yang terjadi. Optimisme tersebut tercermin pada fakta bahwa euro justru menguat terhadap pounsterling dan Swiss franc. Fokus pasar saat ini adalah pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa hari ini (25/6) di Brussels, apakah mereka akan bisa mencapai kesepakatan atau tidak.

Dollar New Zealand masih berjuang di level terendak lima tahun, dibebani oleh kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan oleh Reserve Bank of New Zealand. Kiwi bergerak di kisaran 0.6890 setelah sempat terpuruh hingga 0.6815 di hari Selasa lalu, yang merupakan level terendahnya sejak pertengahan tahun 2010.

Sementara itu dollar Australia diperdagangkan di kisara 0.7709. Tanpa adanya data penting dari China, diperkirakan Aussie akan bergerak di range sempit hari ini.

Euro masih berpotensi untuk kembali tertekan karena adanya spekulasi bahwa European Central Bank (ECB) akan mempertahankan program quantitative easing, sementara Federal Reserve (Fed) semakin dekat pada kemungkinan menaikkan suku bunga. Euro melemah terhadap semua mata uang utama dunia sementara bursa saham dan obligasi justru menguat karena adanya optimisme bahwa Yunani akan segera meraih kesepakatan dengan para kreditur guna menghindari default. Yunani untuk sementara ini memang sedang tidak menjadi kekhawatiran utama, maka dari itu para pelaku pasar kembali melihat kebijakan moneter ECB yang cenderung memperlemah euro.

Euro sempat melemah sejauh 1,5 persen ke kisaran 1.11676 terhadap USD pada pukul 5 sore waktu New York kemarin dan melemah sejauh 1,1 persen terhadap yen. USD sendiri menguat sekitar 0,5 persen terhadap yen.

ECB memulai program stimulus senilai 1,1 trilyun euro (sekitar 1,23 trilyun USD) dengan maksud meningkatkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Fed sendiri masih terus memantau perkembangan data ekonomi sebagai argumen untuk rencana kenaikan suku bunga pertama sejak tahun 2006.

ECB berencana untuk melanjutkan kebijakan moneter yang agresif. USD terbantu dari langkah tersebut. Seiring bertambahnya sentimen positif, optimisme terhadap Amerika Serikat juga naik.

Euro telah melemah sejauh 4,6 persen di tahun ini. Di antara 10 mata uang negara maju, performa euro merupakan yang terburuk setelah dollar New Zealand.