Emas naik lebih dari 1 persen dan harga minyak berjangka turun di bawah $ 50 per barel di tengah ayunan harga yang tajam pada Jumat, ketika hasil resmi referendum Inggris menunjukkan persaingan ketat antara kampanye untuk tetap atau meninggalkan Uni Eropa.

Harga tembaga datang dari tujuh minggu atas, namun kerugian marjinal ketika hasil awal dari referendum keanggotaan Uni Eropa mengatakan Inggris akan keluar. Komoditas China yang diperdagangkan hampir tidak bereaksi, ketika harga bijih besi diperdagangkan stabil.

Emas telah diuntungkan dari kekhawatiran suara 'Brexit' yang berpotensi akan memenangkan referendum, dengan beberapa kekhawatiran Eropa akan kembali ke resesi, sehingga menempatkan lebih banyak tekanan pada ekonomi global.

Permintaan untuk bahan baku dari minyak hingga ke tembaga, menyeret turun harga karena banyak yang mendapatkan kembali keuntungan dalam beberapa pekan terakhir.

Jika Inggris menjadi negara pertama yang meninggalkan Uni Eropa, maka itu akan menjadi pukulan terbesar dari blok 28-negara sejak berdirinya.

Yen kembali melemah di awal sesi Asia pada hari Kamis karena investor menunggu hasil referendum Inggris terkait apakah Inggris akan tetap berada atau tidak berada di Uni Eropa. Pasar keuangan mengalihkan perhatian utama ke Inggris.

USD/JPY diperdagangkan dengan bergerak naik 0,28% ke 104,70, sementara AUD/USD bergerak pada 0,7520, naik 0,32%. GBP/USD berada di kisaran 1,4813, naik 0,71% dan EUR/USD diperdagangkan pada 1,1336, naik 0,35%.

Sebuah jajak pendapat pada hari Selasa menunjukkan bahwa kampanye agar Inggris untuk tetap tinggal di Uni Eropa telah kehilangan momentum menjelang pemungutan suara pada hari Kamis.

Jajak pendapat The Survation menunjukkan bahwa 45% pemilih mendukung kampanye untuk tetap di Uni Eropa, dengan 44% mendukung Brexit dan 11% ragu-ragu.

Dua jajak pendapat yang dirilis pada hari Senin menunjukkan bahwa Tetap di Eropa telah kembali memimpin setelah jatuh pada pekan lalu.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, berada pada kisaran 93,81. Semalam, dollar tetap melemah dengan bergerak lebih rendah terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu.

Harga emas turun di sesi Asia pada hari Rabu, karena investor menunggu hasil referendum di Inggris Raya. Di Comex New York Mercantile Exchange, emas untuk pengiriman Agustus turun 0,14% pada $ 1,270.75 per troy ounce.

Perak untuk pengiriman Juli turun 0,25% menjadi $ 17,275 per troy ounce, sementara tembaga untuk pengiriman Juli melemah 0,61% ke $ 2,112 per pon.

Semalam, emas turun tajam ketika dolar menguat karena ketua Federal Reserve Janet Yellen menegaskan pada Selasa bahwa bank sentral AS akan mempertahankan pendekatan hati-hati terhadap penyesuaian suku bunga AS. Pernyataan tersebut membuat sedikit reaksi di pasar saham global, mata uang dan obligasi.

Dalam kesaksian di depan Komite Perbankan Senat AS pada hari Selasa, Yellen menyatakan bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) tetap akan behati-hati untuk menaikkan suku bunga di masa mendatang di tengah latar belakang ekonomi global yang tidak menentu.

Penampilan Yellen menandai penampilan publik pertamanya sejak FOMC merilis suku bunga patokan federal Funds Rate pada pekan lalu di kisaran yang ditargetkan antara 0,25 dan 0,50%. Melihat perkembangan ekonomi yang melambat dan pasar keuangan di Cina serta kawasan Eropa, Yellen mengatakan dalam sambutannya bahwa FOMC tetap akan manahan suku bunga dengan melihat prospek jangka panjang karena potensi headwinds.

Yen menguat di sesi Asia pada hari Selasa setelah pertemuan dewan bank sentral yang meragukan prospek inflasi berkelanjutan. Pound jatuh karena investor melihat kemungkinan Brexit menjelang referendum pada minggu ini.

USD/JPY bergerak ke 103,66, turun 0,27%, sementara AUD/USD diperdagangkan pada 0,7460, naik 0,03%. GBP/USD turun tipis 0,17% ke 1,4667.

Reserve Bank of Australia akan merilis pertemuan pada bulan Juni ketika kebijakan masih menahan suku bunga pada rekor rendah di kisaran 1,75%.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun 0,09% ke 93,60.

Dolar terus bergerak di posisi terendah satu minggu terhadap mata uang utama lainnya pada Senin, karena kekhawatiran Brexit terus meningkatkan sentimen pasar.

Kekhawatiran Brexit mereda setelah dua jajak pendapat yang dipublikasikan pada hari Sabtu menunjukkan bahwa dukungan suara untuk 'Tetap di Uni Eropa' kembali unggul.

Investor akan menunggu testimoni kebijakan moneter Janet Yellen pada hari Selasa dan Rabu.

Minyak mentah berjangka turun tajam pada hari Kamis, merosot ke tingkat terendah dalam lima minggu di tengah dolar yang volatile, kekhawatiran kelebihan pasokan global dan meningkatnya kekhawatiran Brexit melanjutkan penurunan minyak mentah.

Di New York Mercantile Exchange, minyak mentah WTI untuk pengiriman Juli diperdagangkan antara $ 46,16 dan $ 47,75 per barel sebelum ditutup pada $ 46,20, turun 1,78 atau 3,71%. Di Intercontinental Exchange (ICE), brent crude untuk pengiriman Agustus goyah antara $ 47,09 dan $ 48,76 per barel, sebelum menetap di $ 47,21, turun 1,76 atau 3,59% pada hari itu.

Karena dolar melonjak ke tertinggi dua minggu pada hari Kamis, minyak mentah WTI ditutup lebih rendah untuk sesi keenam, jatuh ke level terendah sejak pertengahan Mei. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh volatilitas pound Inggris kembali rebound, di tengah meningkatnya kekhawatiran keluarnya U.K. dari Uni Eropa pada referendum kontroversial minggu depan. Setelah meninggalkan suku bunga bank yang stabil di 0,5% pada Kamis pagi, Bank of England juga mengeluarkan peringatan konsekuensi dari Brexit di pasar keuangan domestik dan global. Tapi poundsterling yang mereda dari kisaran terendahnya pada penutupan pasar eropa, membantu memicu reli harga minyak. Minyak mentah berjangka kemudian melemah kembali di jam terakhir perdagangan.

AS Dollar Index, yang mengukur kekuatan greenback versus enam mata uang utama lainnya, melonjak ke kisaran tinggi dari 95,53, sebelum jatuh kembali ke 94,90, atau naik 0,25%. Indeks masih turun lebih dari 5% sejak awal Desember. komoditas denominasi dolar seperti minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pembeli asing ketika dolar menguat.