Harga emas melemah lebih dari 1 persen seiring turunnya harga-harga saham Amerika Serikat (AS) kemarin (8/10/2018) karena para pelaku pasar mengincar USD yang telah mengalami penguatan berkat positifnya data ekonmi AS yang memicu ekspektasi kenaikan suku bunga lebih jauh.

Menguatnya USD membuat harga emas yang diperdagangkan dalam denominasi USD menjadi lebih mahal bagi para pelaku pasar yang memegang mata uang selain USD.

Harga spot emas melemah 1,1 persen ke kisaran $1,189.37 per troy ounce.

Tingginya permintaan akan USD dan ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dari Federal Reserve (Fed) menekan harga emas, selain secara teknikal para pelaku pasar belum cukup yakin bahwa harga emas akan mampu menembus ke atas $1,210 per trou ounce, yang merupakan resistance kuat.

Harga emas telah melemah lebih dari 12 persen dari harga tertinggi April, selain karena penguatan dollar karena positifnya data ekonomi AS, juga karena adanya kekhawatiran akan perang dagang global.

---

Jika Anda menginginkan berita fundamental real time dan lebih tajam, silakan coba layanan Signal Trading Trial kami melalui aplikasi Whatsapp.

Silakan kemukakan pendapat Anda tentang update berita fundamental kami di kolom komentar.

Harga minyak mentah terkoreksi hingga tiga persen kemarin (4/10/2018), terkoreksi tajam setelah mengalami rally ke level tertinggi empat tahun karena adanya kekhawatiran kekurangan pasokan akibat sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, yang merupakan produsen OPEC terbesar ke tiga.

Harga minyak mentah Brent terkoreksi sebesar $1.65 atau sekitar 1,9 persen ke kisaran $84.64 per barrel.

Sementara itu harga minyak mentah WTI melemah 2,7 persen ke kisaran $74.33 per barrel setelah sempat menyentuh angka $76.90 di hari Rabu (3/10/2018), yang merupakan angka tertinggi sejak November 2014.

Pasar menantikan sanksi atas Iran yang akan diberlakukan pemerintahan Trump dalam satu bulan ke depan, yaitu tanggal 4 November 2018. Para analis mengatakan bahwa harga minyak masih berpeluang untuk meroket ke kisaran $100 per barrel hingga pasar mendapatkan kejelasan akan jumlah penurunan angka ekspor minyak Iran, serta kemungkinan para produser untuk menutup kekurangan yang terjadi.

Jeff Currie, kepala analis komoditas di Goldman Sachs, dalam wawancara dengan CNBC Rabu lalu mengatakan, "Ada banyak ketidakpastian saat ini. Kita tidak memiliki gambaran yang jelas. Jika terjadi penurunan yang siginifikan (akibat sanksi) di Iran, ada kemungkinan harga akan naik ke $90 hingga $100 per barrel. Tetapi kita tidak tahu saat ini, apa yang akan terjadi pada Iran."

Currie yakin bahwa rally yang terjadi kemarin terlalu jauh dan terlalu cepat, dan memperkirakan Brent akan kembali diperdagangkan di kisaran $70 hingga $80 per barrel sebelum akhir tahun ini.

---

Jika Anda menginginkan berita fundamental real time dan lebih tajam, silakan coba layanan Signal Trading Trial kami melalui aplikasi Whatsapp.

Silakan kemukakan pendapat Anda tentang update berita fundamental kami di kolom komentar.

Berita forex hari ini, Dolar AS (USD) menyentuh level tertinggi 11 bulan terhadap yen Jepang, juga menguat terhadap mata uang utama dunia, didukung oleh membaiknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan komentar hawkish dari Ketua Federal Reserve (Fed), Jerome Powell.

USD menguat semalam ke kisaran 144.55 yen yang merupakan level tertinggi sejak awal November 2017. Penyataan dari Powell menambah kekuatan bagi USD dengan mengatakan bahwa Fed mungkin akan menaikkan suku bunga "di atas perkiraan" karena perekonomian AS terus tumbuh secara "luar biasa positif".

Penguatan USD semakin kokoh dengan rilis data dari ISM (Institute for Supply Management) untuk aktivitias non-manufaktur yang melonjak sebesar 3,1 poin menjadi 61,6 untuk bulan September. Angka ini merupakan angka tertinggi yang muncul sejak Agustus 1997.

Rilis data ADP National Employment Report juga memperlihatkan lonjakan sebesar 230.000 pekerja di bulan September, yang merupakan kenaikan tertinggi sejak Februari.

---

Jika Anda menginginkan berita fundamental real time dan lebih tajam, silakan coba layanan Signal Trading Trial kami melalui aplikasi Whatsapp.

Silakan kemukakan pendapat Anda tentang update berita fundamental kami di kolom komentar.

Harga minyak mentah terpantau merosot pada hari Rabu, terbebani oleh laporan kenaikan persediaan minyak mentah AS.

Meskipun demikian, harga tetap mendekati level tertinggi empat tahun yang dicapai di awal minggu ini menjelang sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran bulan depan.

Minyak mentah Brent berjangka diperdagangkan pada $ 84.73 per barel, turun 7 sen dari penutupan terakhir mereka. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 10 sen menjadi $ 75.13 per barel.

Inventaris minyak mentah komersial AS naik sebesar 907.000 barel dalam seminggu hingga 28 September menjadi 400,9 juta, menurut Institut Petroleum Amerika (API) mengatakan pada hari Selasa. Minyak mentah kilang berjalan turun 158.000 barel per hari (bpd), data API menunjukkan.

Data resmi pemerintah mingguan adalah dari Energy Information Administration (EIA) pada hari Rabu.

Para pelaku pasar mengatakan, meningkatnya stok karena peningkatan tak henti-hentinya produksi minyak mentah AS, yang telah melonjak sebesar sepertiga sejak pertengahan 2016 menjadi rekor 11,1 juta barel per hari.

"Kami mengharapkan produksi minyak mentah AS untuk tahun ini sebesar 11,3 juta barel per hari," kata bank Barclays dalam sebuah catatan pada hari Selasa.

Itu akan menjadikan Amerika Serikat penghasil minyak mentah terbesar dunia di depan Rusia dan Arab Saudi.

Meskipun pasokan AS meningkat, para pelaku pasar mengatakan pasar minyak global tetap tegang karena sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran yang dijadwalkan mulai dari 4 November.

Brent dan WTI awal pekan ini keduanya mencapai level yang terakhir terlihat pada November 2014, dan telah meningkat sekitar 20 dan 17 persen sejak pertengahan Agustus.

—

Jika Anda menginginkan berita fundamental real time dan lebih tajam, silakan coba layanan Signal Trading Trial kami melalui aplikasi Whatsapp.

Silakan kemukakan pendapat Anda tentang update berita fundamental kami di kolom komentar.

Harga minyak mentah terpantau naik tipis pada hari Selasa, bertahan di dekat level tertinggi empat tahun yang dicapai hari sebelumnya karena pasar menyesuaikan dengan prospek pasokan yang lebih ketat setelah sanksi AS terhadap Iran di bulan depan.

Minyak mentah Brent berjangka diperdagangkan pada $ 85.05 per barel, naik 7 sen, atau 0.1 persen, dari penutupan terakhir mereka. Itu membuat Brent dekat puncak $ 85.45 yang dicapai di sesi sebelumnya, tertinggi sejak November 2014. Brent telah meningkat sekitar 20 persen dari posisi terendah terbaru mereka pada bulan Agustus.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS juga naik 25 sen, atau 0.3 persen, pada $ 75.55 per barel. WTI naik hampir 18 persen sejak pertengahan Agustus.

Sentimen pasar terangkat oleh kesepakatan terakhir untuk menyelamatkan NAFTA sebagai pakta trilateral antara Amerika Serikat, Meksiko dan Kanada, menyelamatkan zona perdagangan terbuka senilai 1,2 triliun dolar AS per tahun yang akan segera runtuh. Lebih mendasar lagi, pasar minyak telah didorong oleh sanksi AS terhadap industri minyak Iran.

Sanksi AS terhadap Iran ditetapkan akan dimulai pada 4 November, dan analis mengatakan mungkin tidak ada kapasitas produksi cadangan yang cukup dalam jangka pendek untuk memenuhi permintaan, yang berpotensi membutuhkan penarikan penyimpanan yang besar.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang mana Iran adalah anggotanya, telah berjuang untuk menggantikan penurunan ekspor dari Iran, menurut survei Reuters yang dipublikasikan pada hari Senin.

—

Jika Anda menginginkan berita fundamental real time dan lebih tajam, silakan coba layanan Signal Trading Trial kami melalui aplikasi Whatsapp.

Silakan kemukakan pendapat Anda tentang update berita fundamental kami di kolom komentar.